Jalan-jalan, menikmati alam, mengelilingi tempat yang sedang hits/ viral
bahkan mencicipi makanan khas daerah adalah salah satu kesenangan saya. Semua saya
lakukan bersama sahabat bahkan nekad untuk sendirian.
Menelusuri
desiran ombak di pinggir pantai adalah kegiatan yang selalu saya rindukan. Ya.. saya
sangat suka pantai. Di kampung halaman tepatnya Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta ada beberapa tempat yang harus diketahui selain kota Yogyakartanya
sendiri. Mengapa harus diketahui? Karena memang harus lebih tahu dulu tempatnya
baru dikunjungi. Karena tak hanya Parang Tritis atau deretan Wonosari yang
memiliki pantai namun di sebelah barat kali Progo ini masih banyak akses tempat
indah yang dapat dijelajahi dan tak kalah indahnya. Lebih kurang 40 km dari
pusat kota Jogja, kita dapat mencapai Kabupaten Kulon Progo yang berpusat di
kota Wates ini.
Provinsi
DI Yogyakarta adalah daerah istimewa yang mempunyai 5 Kabupaten yaitu
Yogyakarta, Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan tentunya Kulon Progo atau yang
dikenal dengan sebutan WestProg (di sebelah barat Progo). Ada surga tersembunyi
di kabupaten yang terkenal dengan geplek rentengnya ini yaitu deretan pantai,
sungai dan tentunya bukit yang asyik untuk dijelajahi.
Pantai
Glagah
Ah sungguh nikmat bila rumah
di kampung halaman berjarak 5 km dari pantai ini. Dahulu bagi saya, Pantai Glagah
adalah pantai dengan hamparan pasir besi yang hitam dan panas di siang hari
plus deburan ombak selatan yang menakutkan. Namun kali ini menjadi objek
favorit pengunjung Jogja sekitarnya mengapa? Karena spot rekreasinya tak hanya
pantai dengan ombak ganasnya namun menjadikan rekreasi untuk berswa foto,
menikmati makanan laut dan udara pantai.
- Hamparan Tetrapod
Tetrapod adalah struktur beton berkaki empat yang
berfungsi untuk pelindung pemecah gelombang, mengingat ombak di laut ini sangat
ganas. Byaaaaarrrr!!! Begitu dashyat suaranya plus sensasi ombak yang menerjang
namun bagi pengunjung ini adalah sensasi luar biasa yang harus dicoba, namun
tetap waspada dan hati-hati ya karena resiko terseret ombak pasti ada. Area ini
sering digunakan untuk mengambil foto dan memancing. Jangan salah, walau
ombaknya besar, ikan-ikan disekitar tetrapod ini lumayan banyak. Disini saya
juga suka berpikir, itu ikan-ikannya luar biasa ya bisa menahan diri dari
serangan ombak ganas.
- Dermaga Pantai Glagah
Nah dermaga ini juga salah satu spot favorit untuk
merasakan desiran air dari hempasan ombak laut selatan di Glagah ini. Para
pengunjung dapat berfoto selfie, wefie bahkan memburu foto landscape lainnya.
- Laguna Glagah
Mungkin ini adalah tempat teraman disisi Glagah untuk
bermain air. Di laguna ini sekali lagi saya mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha
Esa dimana keinadahan yang terpancar sungguh luar biasa indahnya. Selain saya,
para pengunjung cekungan air yang menyerupai danau ini dapat bermain olahraga
air seperti kano, sepeda air dalam bentuk bebek bahkan berenang. Ada juga yang
memanfaatkan kailnya untuk memancing dan hap! rezeki itu selalu ada karena
setiap mata kail itu pasti ada ikan yang menariknya.
- Hutan Mangrove
Ada sisipan bonus jika kita menelusuri bagian sisi pantai
Glagah sampai ke sisi lainnya di Pantai Congot. Ya disisi inilah kita dapat
menemukan kawasan lindung hutan mangrove yang dilestarikan oleh warga sekitar. Hutan
Mangrove ini berada di Dusun Pasir Mendit Desa Jangkaran, Temon. Jika kita
memasuki areanya, sekali lagi pengunjung dapat dibuat takjub karena tangan
kreatif masyarakat yang membuat area ini semakin semarak. Tower Bridge, Menara
Pisa, Jembatan Cinta bahkan Lorong Jembatan Api-api tak akan bisa untuk
dilewatkan. Semua spot tersebut menjadi sesuatu kegiatan bahagia untuk
mengambil gambar.
Bosan
dengan laut dan pantai? Tenang... ayo mendaki! Namun bukan mendaki gunung loh tapi kita akan mendaki bukit
dengan kendaraan. Kok iya bisa gitu? Tentu dong! Masih di Kulon Progo juga. Di bukit
ini kita tak hanya menyaksikan indahnya alam dari ketinggian namun juga bisa
berenang di sungai. Yap! Di Kecamatan Girimulyo kita digiring untuk menikmati
sungai dua warna yang tertampung dalam wadah dengan kucuran air terjunnya. Sebenarnya
ada tujuh spot wisata air terjun di Girimulyo ini seperti Kedung Pedut, Kembang
Soka, Taman Sungai Mudal, Grojogan Sewu, Kalimiri, Setawing dan Sigembor. Namun
karena keterbatasan waktu, saya hanya mengunjungi dua spot dalam dua waktu,
daripada berpikir lama, yuk lanjut saja.............
Air Terjun
Kedung Pedut
Sejak ketenarannya di media sosial pada awal 2015, Kedung
Pedut kembali membuka pariwisata di Kulon Progo bersanding dengan Kalibiru di
kecamatan Kokap. Asyiknya disini selain menikmati indahnya alam dari
ketinggian, Kedung Pedut menawarkan eksotisme airnya yang memancarkan keindahan
dwiwarnanya, putih dan tosca. Segaaar sekali....
Cukup dengan tiket per orang Rp. 5000,- pengunjung dapat
menikmati beberapa kolam yang dapat digunakan untuk berenang dengan variasi
kedalaman dari yang dangkal sampai yang dalam lebih kurang 2 meter.
Taman
Sungai Mudal
Sekitar 1 km dari Kedung Pedut, pengunjung dapat memasuki
kawasan wisata air terjun Kembang Soka dan di atasnya lagi ada Taman Sungai
Mudal. Nah... mungkin karena nama wisatanya yang unik, saya lebih memilih Taman
Sungai Mudal di hari liburan saya kedua. Memasuki area ini, mata saya langsung
dimanjakan dengan cantiknya berbagai bunga yang tertanam di sekitar kawasan
tersbut lengkap dengan vegetasi rimbunan pohon yang hijau, cantik sekali. Saya membayangkan
dengan berendam di air tosca yang segar dengan pemandangan yang cantik membuat
liburan ini bagai di surga. Tentunya surganya Kulon Progo, Jogja, Indonesia.
Ayunan
Langit Watu Jaran Desa Purwosari
Bonus lagi nih jika selepas berendam pengunjung ingin
mengukur adrenalin dengan memainkan ayunan. Ayunan ini tidak sembarangan ayunan
yang dihempaskan dengan kaki namun dengan beberapa orang lengkap dengan
pengaman agar tidak jatuh. Ayunan Langit Watu Jaran di Desa Purwosari. Pertengahan
2017 selesai dari Taman Sungai Mudal, saya dan sahabat saya tak sengaja membaca
sebuah plang yang bertuliskan “Ayunan Langit Watu Jaran 500 meter” dari jalan
raya setelah area sungai Mudal menuju wates. Jam di tangan menunjukkan pukul
16.00 WIB, saya langsung spontan untuk mengajak dua sahabat saya memasuki area
wisata itu. Jujur tak terbayang dalam benak saya namun sempat berpikir, “Apakah
sama dengan The Lodge Maribaya ?”
Setelah memarkir motor di parkiran dan membayar uang
retribusi wisata sebesar Rp. 10.000,- per orang, saya dan sahabat saya di
antarkan oleh petugas dengan menggunakan motor ke area ayunan tersebut. Loh kenapa
tidak bisa dengan motor pribadi ? tenang... pengantaran itu termasuk dalam
retribusi yang dibayar di pintu masuk dengan fasilitas pengantaran pulang pergi.
Memang keadaan lintasan cukup terjal dengan tanah yang berbatu, namun petugas
pengantar pengunjung nampaknya lihai dan sikap dalam memacu motornya sampai ke
puncak. Dalam hati saya bergumam, “Kalau saya sendiri pasti tidak mampu karena
jelas jalanan ini licin dan terjal, ngeriiii”
Naaah... sampai di lokasi saya dan pengunjung lainnya
boleh mengantri lagi menggunakan ayunan dan merasakan sensasinya. Mungkin karena
pembukaan baru, spot wisata Ayunan Watu Jaran belum begitu ramai pengunjung. Nampak
jelas pengnjung pada sore itu dapat dihitung dengan jari. Cuma 10 menit saya
menunggu akhirnya saya memulai ayunan dengan yaa... cukup mengeluarkan
adrenalin yang luar biasa karena saya dapat melihat puncak pohon pinus di kaki
saya. Lokasi ini memiliki ketinggian 800 mdl dengan posisi di tepi jurang yang
hmmm... cukup terjal. Namun soal keamanan saya yakin aman karena pengunjung
dipasangkan beberapa alat pengaman dari tali sampai rompi pengaman, sangat luar
biasa menakjubkan. Disela-sela menunggu teman saya berpetualang di ayunan
langitnya, saya berbincang-bincang dengan petugasnya. Beliau bercerita bahwa Dinas
Pariwisata DIY bekerjasama dengan salah satu investor hotel bintang 5 kenamaan
membangun area wisata ini untuk meningkatkan pendapatan warga sekitar. Sungguh
luar biasa Pemerintah Daerah dalam memperhatikan masyarakat desanya.
Oh
ya ada ada pengalaman saya yang memang harus saya ceritakan yaitu tentang
wisata kulinernya. Pengunjung tak perlu khawatir dengan harga makanan dan
minuman di area wisata dari Pantai Glagah sampai kawasan air terjun Girimulyo
ini. Makanan dan minuman di area wisata ini sangat normal bahkan saya bilang
sangat terjangkau. Misalnya untuk menikmati seporsi cumi asam manis hanya
dengan Rp. 25.000,- paket ayam bakar Rp. 16.000,- atau hanya sekedar mencicipi
mie ayam di Kedung Pedut yang hanya mengeluarkan uang Rp. 9000,- dengan es teh
manisnya Rp. 2000,- saja atau ingin menikmati Soto Ayam yang begitu enak dengan
harga Rp. 12.000,- ini? Sungguh nikmat dari
Tuhan yang manakah yang kau dustakan??? Alhamdulillah....
catatan : Semua dokumentasi foto adalah milik pribadi yang sebagian saya ambil dari instagram.
Instagram Pribadi @eryaningrum
Instagram Promosi @sera_arundati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar