Film Lima, dok google |
Tak bisa saya bayangkan bagaimana jika saya ada di posisi
Fara (Prisia Nasution) yang harus menjelaskan dengan benar tata cara pemakaman
islam kepada adik kandung yang berbeda agama. Atau justru menahan pedihnya
gunjingan tetangga yang mungkin tak bisa menerima perihal perbedaan agama dalam
keluarga. Toh bukannya kebebasan beragama tertuang pada pasal 29 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”
Lima adalah sebuah film keluarga yang berkisah tentang perjuangan
pada nilai-nilai luhur pancasila dalam konflik kehidupan sehari-hari yang
sering terjadi dalam masyarakat yang beragam. Dimulai dari perbedaan agama
sampai etnis serta status. Dimana dalam satu keluarga yang meyakini agamanya
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing sampai mereka dihadapkan pada
persoalan ketidakadilan dalam etnis suku bangsa dan status kependudukan. Lima yang
diproduksi oleh lima sutradara yaitu Lola Amaria, Tika Pramesti, Harvan
Agustriansyah, Adriyanto Dewo dan Shalahudin Siregar berhasil mengemas tiga
konflik yang biasa terjadi pada era zaman Indonesia sekarang. Dimana masyarakat
masih membedakan soal agama, budaya bahkan status antara si kaya dan si miskin.
Namun kuatnya nilai-nilai luhur Pancasila yang dibawakan
oleh Fara, misalnya saat mempersilahkan sang adik Aryo (Yoga Pratama) untuk
mengantarkan jenazah sang Ibu untuk terakhir kali ke liang lahat berhasil
memecah renungan betapa kita perlu meneladani hal-hal tersebut agar tak menjadi
sesuatu yang dianggap rumit.
“Biarlah dosa kami yang menanggung asalkan kami tenang membawa Ibu ke tempat terakhirnya” sahut Fara saat meminta izin kepada Ustad agar Aryo, sang adik yang beragama nasrani bisa ikut serta menguburkan jenazah ibundanya.
Selain itu mempersilahkan para saudara mengiringi doa pujian
setelah lantunan ayat suci Al-Quran sungguh membuat bulu kuduk saya merinding. Bukankah
Tuhan tahu apa yang hambaNya perbuat? Sungguh film Lima dapat menjadi bukti
bagi yang meragukan Pancasila selama ini, bahwa Pancasila kita bisa dipersatuan
dalam nama Indonesia. Sebagian orang seringkali berpikir bahwa nilai-nilai
Pancasila sudah usang sehingga ada beberapa orang yang terjebak dalam situasi
konflik dalam kehidupan keBhinekaan. Orang – orang seperti itu bukan untuk
dibenci atau ditinggalkan tetapi dirangkul dengan nilai-nilai kasih sayang,
empati, kerjasama, saling berbagi, seperti yang ada di dalam film Lima ini
karena itulah esensi Pancasila.
Seperti halnya saat Fara mendapatkan kebimbangan dikala
harus memilih anak didiknya untuk mewakili ajang renang internasional dimana
sang kepala klub renang berpesan harus “pribumi”lah yang maju. Hingga pada
akhirnya Fara dapat mempertahankan jati dirinya mewakili jati diri bangsa untuk
tetap memperjuangkan sang calon pahlawan atas prestasi bukan “pribumi” yang
dimaksud. Tentunya membawa contoh sang anak didik renangnya untuk tetap sportif
hingga menerima keputusan dalam keikutsertaan ajang olahraga renang tingkat
internasional tersebut.
cover film Lima, dok googleImage |
Hingga pada ketidakadilan status si miskin dan di kaya pada
keadilan hukum yang turut mengajak Fara, Aryo dan Adi untuk membantu keluarga
dari Bi Ijah, sang asisten rumah tangga yang anaknya terlibat kasus pencurian tanaman hutan bagi
anak dibawah umur. Sungguh membuat greget dan terenyuh dimana Pancasila kita
memang butuh diluruskan dalam perbedaannya. Berbeda bukan untuk memaksa tapi
karena berbeda maka kita menjadi Indonesia dalam panji yang sama, Pancasila.
Film ini sungguh menarik untuk ditonton dan dapat menggugah makna Kebhinekaan Tunggal Ika bagi kita semua. Segera kunjungi bioskop kesayangan anda di kota anda karena akan ada makna Pancasila yang menjadikan jiwa anda untuk memahaminya. Seperti saya yang memaknai sebagaimana rumusannya menjadikan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyatnya. Serta menjalankan kehidupan sesuai dengan keyakinan dan falsafah negara yang adil dan makmur tentu tidak memaksa dan sesuai dengan aturan negara yang berlaku.